Pages

Kamis, 04 Juni 2015

Nungkat Gumi : Ritual Adat Tertinggi Dayak Semanakng

Ada banyak ritual-ritual penting dalam kehidupan masyarakat adat Dayak Semanakng,Kualatn, dan Banyor di Kec. Simpang Hulu dan Kec. Simpang Dua, Kab. Ketapang-Kalimantan Barat. Seperti dalam pembukaan lahan pertanian, pesta adat pernikahan, Baboretn, Nyapat Tautn,Babantatn, Mokatn Tonah dll. Namun, dari sederetan ritual tersebut, belum lah seberapa bila dibandingkan dengan ritual yang satu ini, yakni Ritual Adat Nungkat Gumi yang merupakan ritual tertinggi pada suku Dayak tersebut.

Jarum jam menunjukkan pukul 10.00 pagi WIB, matahari begitu gagahnya bersinar. Ditengah mulai teriknya sinar sang surya itu, sederatan ibu-ibu dan para gadis berdiri dengan anggunnya. Polesan busana pakaian adat yang dominan berwarna merah sangat serasi dengan warna kulit sawo matang. Begitu cantik dan anggunnya mereka dengan senyuman khas menatap dan menegur sapa dengan ramah siapa saja yang melewati dihadapannya.

   
Sementara itu di tangan mereka memegang potongan bambu berwarna kuning sebesar lengan orang dewasa berisikan air tuak siap disuguhi. Rupanya ibu-ibu ini sedang menunggu para tamu yang datang. Sebagai wujud penghormatan kepada para tamu yang akan memasuki arena acara, maka wajib disambut dengan suguhan tuak sebagai lambang diterimanya dan keakraban dalam rangka pembukaan hajatan besar.
Ngalu : Petugas penyambut tamu
 atau Pangalu siap menyuguhkan tuak


Ya, hari itu merupakan acara pembukaan ritual adat Nungkat Gumi yang di selenggarakan di kampung Paser- Balai Semandang, Kec.Simpang Hulu. Pelaksanaan kegiatannya berlangsung selama 2 hari (2 s/d 3 Mei 2015). Sejumlah tamu undangan pun turut hadir dalam acara tersebut, yakni : dari pihak pemerintah Kabupaten Ketapang dan dari Pemrov Kalbar, serta Dewan Adat Dayak (DAD) Provinsi Kalbar  juga turut hadir, sejumlah anggota DPRD Ketapang, DPRD Provinsi dan DPD RI pun tak ketinggalan.

Dan sejumlah undangan beserta masyarakat di sekitar tumpah ruah menyaksikan prosesi pembukaan acara. Rangkaian acara Nungkat Gumi tersebut selain ritual adat utama juga dilakukan upacara adat peletakkan batu pertama pembangunan rumah Betang Kec.Simpang Hulu, oleh perwakilan Pemerintah Provinsi Kalbar. Selain itu untuk menambah semaraknya acara juga dilakukan berbagai perlombaan, seperti lomba tarian, dan lomba lagu daerah.

Dalam kesempatan itu panitia penyelenggara juga mengadakan dialog bersama dengan menghadirkan perwakilan Pemkab. Ketapang, Pemprov. Kalbar dan sejumlah tokoh-tokoh masyarakat terkait eksistensi budaya Dayak untuk mewujudkan pembangunan rumah Betang di Simpang Hulu.
 
Apa Itu Ritual Nungkat Gumi?  
Jika diterjemahkan dengan bahasa Indonesia Nungkat berarti tongkat atau penyangga. Sedangkan Gumi berarti Bumi atau tanah. Nungkat Gumi berarti menyangga dan menopang bumi agar tidak roboh,tidak rusak, tidak longsor yakni dengan cara ritual adat agar keseimbangan antara manusia dan alam tetap terjaga. Selain itu juga supaya manusia menjaga kelestarian alam dan lingkungannya. Nungkat Gumi di kampung Paser ini adalah yang ke-tiga kalinya dari beberapa dekade yang lalu.
Ritual Ngorak Tonah :  Ritual Membangunkan
 penguasa tanah alam semesta


Pelaksanaan Nungkat Gumi biasanya dilaksanakan selama 2 hari saja. Jauh sebelum dimulai, biasanya masyarakat sudah mempersiapkan segala keperluan perangkatnya. Perangkat utama ritualnya berbentuk balai bertingkah 7 (tujuh) dan di bagian atasnya di tancapkan Engkalakng Jarakng (sebatang bambu yang di belah bagian ujungnya dan diikat dengan rotan sebagai tempat sesajian persembahan).

Umumnya bahan utama balai terbuat dari bambu dan kayu yang di ikat dengan rotan. Setiap tingkatan dihiasi dengan benang yang berwarna putih,merah dan kuning. Adapun prosesi Nungkat Gumi itu sendiri untuk hari pertamanya biasa ada yang namanya Mulakng Cingkapm (pengembalian perangkat yang digunakan untuk mengundang biasanya berupa kain atau barang), kemudian minum bersama Tuak Pangasi (tuak didalam tempayan diminum menggunakan sedotan bambu) serta acara Nyonar Nyuroh Onya Nongku Pikng Bungas (Menyuruh petugas untuk mengambil air baru).

Adapun yang bertugas Nongku Pikng Bungas itu ada 4 orang, 2 laki-laki dan 2 perempuan. Syarat dan perlengkapannya membawa Panawatn (sebatang tombak khas setempat), seekor ayam yang sudah dimasak, Palomak sakayok (ketan yang dimasak didalam bambu), beras kuning dan beras putih, membawa tuak. Mereka pergi ke sungai dan meminta kepada Ka Poka Gana Pikng, Ka Gumi Langit, Nabau, Roca dan Togukng (Penguasa air serta penguasa bumi dan langit).


Balai tingkat 7 : Mesbah tempat
dilaksanakannya ritual Nungkat Gumi
Sedangkan untuk hari yang kedua pelaksanaan ritual dilakukan diatas balai. Para dukun yang sebagai pelaksananya ada dua orang (dukun kepala dan dukun ekor) duduk diatas balai tingkat yang ke-tujuh. Selesai itu baru kemudian menyembelih babi dan ayam. Nah, pada saat ini ada ibu-ibu baik tua maupun muda laki-laki juga turut Bataja (menari) mengelilingi balai dengan mengenakan selendang.

Sementara itu bunyi tetabuhan gong, ketawak dan gendang terus bersahutan. Sesudah itu baru kemudian para dukun memasuki rumah yang disambut dengan Ngalu (disambut dengan air tuak). Didalam rumah kemudian baru membuka Tuak Domokng Dabokng (tuak yang ditaruh di dalam wadah yang ditutup dengan kain putih), setelah itu baru Tuak Sanokng Barujatn (Tuak yang dibuat dengan sangat istimewa dan khusus penyajiannya dengan menggunakan bambu dan dihiasi dengan rumbai-rumbai daun kelapa) dan Tuak Sunsakng Sube (Tuak yang ditaruh didalam tempayan yang posisi peletakannya berada di bawah Tuak Sanokng Barujatn).
Ngantirok Mosak : Para dukun sedang
membaca doa-doa. Bacaannya hanya boleh
dilantunkan dalam acara Nungkat Gumi saja. 


Untuk kegiatan pada hari ketiga barulah sebagai puncak acara dilakukan Engkata Ngantirok Mosak (doa utama) dengan segala perlengkapan yang sudah siap semua. 

Peralatan dan Prosesi Ritual Nungkat Gumi
Untuk mendukung kegiatan ritual tentu saja ada perlengkapan yang harus mutlak disiapkan. Adapun alat-alatnya diantaranya seperti; Satu buah Copatn (Nyiru), Lonas (tempat menempa besi yang biasa digunakan oleh pandai besi) dan lesung yang ke semua bahan-bahan tersebut dibuat dari kayu. Pada saat dukun Engkata Ngantirok Monta (membaca doa pembukaan), Nyiru di tampi dan Tukul di pukul ke Lonas (tempat besi) sambil berjalan mengelilingi balai.
Kaseben : Mendendangkan kaseben
 merupakan salah satu bagian
 dalam mengisi acara Nungkat Gumi


Ini sebagai symbol mengikuti Nabi pada saat membuat tanah. Pada saat ritual ini musik gendang dan gong berbunyi terus. Adapun yang Bataja (menari) mengelilingi balai adalah tua maupun muda dengan memakai selendang. Semua peralatan Pabaeh (sesajian) Nungkat Gumi kesemuanya berjumlah dua kali tujuh.

Sedangkan untuk ukuran babi setidaknya 4 real (diletakkan di tingkat balai yang ke-7) kemudian ada yang 3 real, 2 real dan 1 real. Yang terpenting semuanya berjumlah 7 ekor.  Sedangkat mahar (upah/jasa) untuk dukun 4 real, ditambah kain 4 meter. Sedangkan 4 real lagi diperuntukkan bagi petugas yang mengambil Pikng Bungas.

Pantangan setelah selesainya acara, yakni : Tidak boleh menggali tanah, tidak boleh makan makanan yang gatal-gatal serta yang berbau busuk selama seminggu. Menurut cerita dari para orang tua, biasanya kalau dulu setelah beberapa hari selesai acara Nungkat Gumi langsung mudah mendapatkan ikan dan hewan buruan di sekitar lingkungan permukiman.

Bataja : Ibu-ibu dengan menggunakan 
selendang menari mengelilingi balai 7 tingkat
Tujuan dari berpantang ini adalah agar manusia memelihara tanah,supaya hutan ada binatangnya dan sungai-sungai ada ikannya. Adapun rentang waktu pelaksanaan nungkat gumi setidaknya sekitar 20 tahun baru kemudian dilaksanakan lagi.

Menurut Asel (69) salah satu orang tua yang hadir dalam pelaksanaan ritual Nungkat Gumi tersebut makna utama dari pelaksanaan kegiatan ini adalah  membersihkan dunia dan menyeimbangkan alam akibat perbuatan-perbuatan manusia seperti pembunuhan, perzinahan pencurian. “Tujuan dan makna ritual ini adalah membersihkan Gumi yang kotor konok, karna pamulo pamodo mansia yang bokah paraboka mulai dari nongku mancalek, butakng bumaak membunuh dan lainnya,”ujar Asel



Ia pun berharap agar pelaksanaan kegiatan ini menjadi tradisi penting bagi masyarakat untuk tetap dilestarikan dan dijaga. SEMOGA!

1 komentar:

  1. Thank you for sharing that - beautiful ceremony - Yes it needs to be preserved

    BalasHapus