Pages

Jumat, 01 Februari 2013

Mengenal Dayak Semanakng



Darimana sajakah asal usul orang  Semanakng? Bagaimana bentuk adat istiadat dan bahasa serta tradisinya? Dan apa sesungguhnya yang membuat suku ini unik dan menarik untuk dikaji dan ditelusuri?? Simak selengkapnya dalam tulisan berikut.

Sejarah Asal Usul dan Permukiman

BARANGKALI bagi anda yang baru pertamakali mendengar tentang dayak Semandang atau pun membaca tulisan ini akan bertanya-tanya. Pasalnya kedengarannya agak asing, namun sesungguhnya bukanlah seperti itu adanya.

Dayak Semandang atau Semanakng bagi orang luar yang tidak terbiasa mengucapkan lafal bunyi konsonan sebelum nasal (huruf k sebelum ng), akan sangat susah mengucapkannya. Mereka bermukim di kawasan sepanjang lembah sungai Semandang di bagian selatan Provinsi Kalimantan Barat, tepatnya di Kec. Simpang Hulu, Kab.Ketapang. Kec. Simpang Hulu beribukota di Balai Berkuak. Kurang lebih 17 Km dari wilayah permukiman dayak Semanakng.

Peta Kalbar : Dayak Semanakng berada di kab.Ketapang
Tempat bermukim mereka berada di lima desa, yakni desa Semandang Kiri, desa Paoh Concong, desa Semandang Hulu, desa Legong dan desa Kenanga. Selain di wilayah tersebut, dayak Semanakng juga bermukim di Tanjung Maju, dan selangkut daerah ini termasuk wilayah administrasi Kec.Sungai Laur. Kira-kira 10 Km dari permukiman orang Semanakng di Simpang Hulu.

Penamaan identitas Semandang ini mengacu pada nama sungai diwilayah ini, yakni sungai Semandang yang mengalir dari arah utara yang bersumber dari mata air gunung Lubang Kijang didaerah Legong, menuju wilayah bagian selatan,yakni bermuara di sungai Banjur, Kec.Simpang Dua.

Karena itulah mereka kemudian mengidentifikasikan dirinya sebagai orang Semandang. Dayak Semandang merupakan subsuku dayak Simpakng, salah satu subsuku dayak terbesar di Kab. Ketapang. Dan termasuk dalam klan besar dayak Darat atau Klemantan (Lontaan, 1975:56).

Bahkan peneliti seperti Surjani Alloy (2006), tidak ragu mengidentifikasi mereka ini termasuk dalam rumpun dayak Bidayuhik sebab memiliki kemiripan dengan kelompok dayak di Kab.Sanggau. Terutama dari segi bahasa, cerita rakyat dan peradatannya.

Lalu darimanakah asal usul mereka sehingga sampai bisa bermukim di tempat yang sekarang ini? Konon banyak cerita dari para tetua setempat yang menyebutkan asal muasal mereka dulunya dari wilayah Tambak Rawakng, Sukadana (Kab.Kayong Utara, Sekarang).

Karena kala itu sulitnya tempat berladang dan mencari lauk untuk berburu, mereka kemudian berinisiatif mudik menyusuri sungai Simpakng dan kemudian terus memasuki sungai Semanakng, hingga akhirnya tiba di suatu tempat yang dinamai Sajan di daerah desa Paoh Concong. Ditempat ini hutannya masih luas, dan mudah untuk mencari hewan buruan. Mereka pun kemudian mendirikan rumah betang.

Dari sinilah kemudian mereka mulai menyebar hingga membentuk permukiman-permukiman baru yang belakangan dikenal sekarang ini, seperti Pergong, Paser, Baram, Mua, Pantong, Kuala Randau dan wilayah kampung lain sekitarnya. Namun berdasarkan kajian jika melihat kondisi pada waktu itu, migrasinya kelompok ini ke wilayah pedalaman dan perhuluan bukan dikarenakan mencari permukiman baru sebagai tempat berladang, dan sulitnya tempat berburu.

Hal ini lebih dikarenakan kala itu adanya desakan secara politis, berdirinya pusat-pusat kerajaan dimuara sungai yang dilakukan oleh para pedagang-pedagang dari wilayah Riau dan Malaka. Tentu saja selain mendirikan pusat-pusat kerajaan, para pedagang ini juga menyebarkan agama Islam. Nah,penduduk asli yang tidak mau memeluk agama Islam lalu kemudian hijrah ke wilayah pedalaman (S.Djuweng,2003 :3)

Meskipun dalam buku mozaik dayak keberagaman subsuku dan bahasa dayak di Kalbar (Institut Dayakologi,2008) yang menyebutkan bahwa terdapat dayak Sajan diwilayah Kec.Simpang Hulu. Namun sesungguhnya belum bisa dijadikan patokan, sebab selama ini walaupun dari segi dialek terutama dalam pengucapan lafal-lafal agak berbeda dengan wilayah sekitarnya bukan berarti bisa dikategorikan sesederhana itu saja.

Kenyataannya mereka belum tentu demikian menyebut diri mereka serta merta sebagai dayak Sajan. Seperti diwilayah Randau, Legong dan Kenanga misalnya juga memiliki ciri khas tersendiri dalam mengucapkan lafal-lafal tertentu, toh mereka tetap merasa bagian dari dayak Semanakng.

Selain itu cerita asal usul mereka juga masih perlu ditindaklanjuti dengan penelitian-penelitian yang lebih komprehenshif dan mendalam lagi. Menelusuri sejarah dayak Semanakng misalnya bisa melalui silsilah (Pureh), dimana bisa diketahui secara runut keturunan dan kenapa mereka pindah.

Ada juga yang menyebut sebagian mereka berasal dari hijrahnya subsuku dayak diwilayah Sanggau ke bagian selatan. Namun, apapun versinya melalui kajian pendekatan silsilah nampaknya lebih bisa kuat kebenaranya.
Peta Permukiman Dayak Semanakng

Pada orang Semanakng meyakini bahwa mereka merupakan keturunan dari Pateh Bangi dan Dayang Salipah yang dulunya bermukim di Tamak Rawakng, kemudian mempunyai anak yang diutus untuk mudik ke hulu sungai. Nah,orang salah satu anaknya tersebut bergelar Domong Sudek yang khusus ke wilayah Sajan.Sehingga kemudian dianggap sebagai keturunan dan nenek moyang dayak Semanakng.

Bukan hanya itu saja, seluruh anak-anak Pateh Bangi tersebut juga masing-masing mudik ke anak-anak sungai Simpakng seperti ke Gore, Banjur. Ada juga ke wilayah Kualan. Serta ke wilayah luar, seperti wilayah Jokak Keriau, Desaa, Sekadau, bahkan hingga ke Serawak/Sabah. Ini kemudian yang oleh masyarakat dikenal dengan sebutan Desaa Sembilan Domong Sepuloh.

Mengkaji dan menelusuri jejak-jejak keberadaan dayak Semanakng adalah sangat unik dan menarik. Juga sangat menantang, sebab masih banyak fakta-fakta yang belum terungkap tentang keberadaan suku ini. Masih perlu kajian-kajian dan penelitian lanjutan yang sangat mendalam. Masih banyak misteri-misteri tentang keunikan mereka, yang perlu di perdalam.

Bahasa

Bahasa memegang peranan yang sangat penting didalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain. Bahasa juga bisa dijadikan sebagai alat pemersatu. Pada dayak Semanakng bahasa yang digunakan disebut bahasa Semanakng.

Perbedaan antara satu kampung dengan kampung lainnya bisanya terletak pada ciri pengucapan atau langgam terhadap kata-kata tertentu. Namun mereka tetap mengerti dan secara umum semua itu sama. Sehingga tidak ada hambatan bagi mereka dalam berkomunikasi.  

Contoh penggunaannya :
Nama Kosakata
Semanakng
Saja/Baram
Ikan
[ikatn]
[ike’]
Rebung
[Robokng]
[Robo’]

Selain itu khusus wilayah Kuala Randau, Legong dan Kenanga juga memiliki ciri khas tertentu dalam pengucapan lafal-lafal terutama dari segi kekuatan pengucapannya. Orang Kuala Randau, misalnya lebih dalam mengucapkan sesuatu dan bernada kental. 

Eksotic : Gadis dayak Semanakng berpakaian adat
Begitu juga dengan yang di Kenanga dan Legong mereka memiliki ciri khasnya. Hal ini dikarenakan kebiasaan, anak sungai yang konsumsi airnya juga turut menjadi penentu dialek. Orang Sei Nibung misalnya, mereka menggunakan air sei Kiyungkang yang bermuara ke Sei Laur. Tentu saja memiliki pengaruh tersendiri dari segi bahasa.

Yang lebih unik lagi misalnya orang di kampung Pantong. Sungai Balai Pinang yang bermuara ke sei Kualan dan sei Sarirakng yang bermuara ke sungai Semanakng. Justru mata airnya bersumber dari Pantong. Sehingga tidak heran dialek dikampung ini beragam.

Ada yang khas Semanakng, ada juga yang kental khas dialek Kualan. Bahkan ada yang bernada tinggi-tinggi dalam pengucapannya. Sungguh sangat unik.


Sistem Kekerabatan

Pada umumnya system kekerabatan masyarakat suku dayak tidak mengenal dari garis ayah ataupun ibu. Sistem ini lebih dikenal dengan Bilateral/ambilineal,yakni menarik garis keturunan baik dari ayah maupun ibu. Sehingga antara ayah dan ibu tidak ada yang dominal, dan netral keduanya sama-sama penting. Dengan demikian system pewarisan tidak ada pembedaan antara laki-laki maupun perempuan. Dayak Semanakng juga tidak mengenal kasta atau tingkatan status, semuanya sama. Ini biasa dikenal dengan egalitarian.
Busana Adat : Biasa digunakan dalam acara pernikahan


Nah,pada dayak Semanakng system kekerabatan ini lebih dikenal dengan Pureh. Pureh berperan penting dalam berinteraksi dengan orang lain. Kadangkala orang yang lebih muda, kalau Purehnya lebih tinggi maka kita bisa memanggilnya dengan sebutan Ba okapm misal Omba (omaa), Tongah, Tua, Busu. 


Sebaliknya jika setara Purehnya atau sepupu sering dipanggil Ngal,artinya patungal (sepupu). Banyak lagi sebutan-sebutan lainnya khusus untuk orang yang setara misal, samek,asik yang artinya kawan akrab.

Dengan adanya Pureh juga dapat diketahui sampai dimana hubungan kekerabatan sanak sauadara maupun dengan orang lain. Khususnya jika dalam hubungan perkawinan, apakah yang bersangkutan termasuk keluarga dekat atau sudah jauh. 


Selain percaya kepada kekuatan gaib, mereka juga percaya akan adanya dunia atas dan dunia bawah. Didunia atas adalah yang mereka yakini sebagai surga, manusia menghuninya setelah manusia meninggal dunia. Namun tidak semua roh manusia bisa sampai kesana. Dalam bahasa Semanakng, surga itu disebut juga dengan Sabayatn Tujoh


Apakah masih terbilang sumbang ataupun berdekatan. Dengan demikian akan baru bisa menentukan nilai adatnya yang harus dikeluarkan.
Sedangkan perkawinan yang boleh dilakukan misalnya antara seorang gadis dan bujang yang sudah jauh alur purehnya,misal tiga sampai empat derajat. Sedangkan perkawinan yang tidak dibolehkan,yakni  Incest: seperti anak dengan orangtua. 

Cucu dengan nenek. Patri parallel cousin: Perkawinan antara dua sepupu yang ayah-ayahnya bersaudara sekandung.  Perkawinan antara generasi-generasi yang berbeda seperti tante dengan keponakan.
 
Struktur Pemerintahan Adat/Organisasi Sosial

Adapun organisasi sosial yang dapat dijumpai pada dayak Semanakng, yakni berdasarkan tingkatan kepemimpinan adat. Pimpinan adat tertingginya disebut Kanuroh. Sedangkan dibawah Kanuroh ada yang namanya Patinggi, kemudian ada Temongokng/Temenggung. Dibawahnya ada Pateh, Singa, dan yang terkecil disebut Ria. Mereka memiliki kemampuan dibidang peradilan adat. Dan berperan penting didalam menyelesaikan pertikaian dimasyarakat. 

Tugas mereka hampir sama, Cuma yang membedakanya terletak pada kemampuan dan cakupan wilayahnya. Kalau Kanuroh misalnya membawahi semua kampung-kampung yang ada di tanah Semanakng Sekayok. Sedangkan Patinggi biasanya dalam cakupan wilayah satu desa saja. Begitu juga dengan Temongokng, Pateh, Singa dan Ria. Nah, jika perkara tidak bisa diselesaikan ditingkat Ria atau lingkup RT (Rukun tetangga/dusun),maka akan dilimpahkan ke yang lebih tinggi,yakni ke Singa. Begitu seterusnya, dan pengadilan adat tertingginya berada di tangan Kanuroh.

Oleh karena itu apapun yang diputuskan oleh Kanuroh maka, wajib untuk menghormatinya oleh siapapun. Namun sekarang ini system tersebut jarang dipergunakan lagi, hal ini karena sudah adanya hukum negara. Selain itu susah mencari orang yang benar-benar disegani dan mempunyai kharisma. Sebab menjadi pemimpin adat merupakan tanggungjawab yang sangat berat tugasnya. 

Kanuroh yang pernah tercatat dalam wilayah adat Semanakng Sekayok, yakni ada Kanuroh Awan dari kampung Deraman. Setelah itu ada juga Kanuroh Kokos. Nah, setelah itu susah lagi menemukan orang yang bisa didapuk memegang jabatan tersebut. Meskipun sekarang ini ada upaya-upaya untuk menghidupkannya kembali.  

Sedangkan Patinggi yang terkenal seperti Patinggi Liku, di Pantong. Biasanya disetiap kampung dahulu tetap ada orang yang mempunyai kemampuan lebih, yang kemudian ditunjuk menjadi pemimpin tertingginya. Sekarang ini system tersebut sudah digantikan oleh struktur pemerintahan yang diatur oleh negara. Dan kepala desa, dusun dan RT yang mengurus administrasi kependudukan warga.

Perkawinan 

Sistem perkawinan pada orang Semanakng pada masa lalu maupun sekarang dikenal dengan istilah Sabat adat (nikah adat). Dengan masuknya agama Nasrani sekarang ini, nikah adat tetap dipertahankan namun biasanya yang pertama kali dilakukan adalah nikah secara gereja dulu. Baru kemudian nikah secara adat.

Pengantin : Sepasang pengantin dayak semanakng
Orang Semanakng mengenal berbagai jenis nikah adat diantaranya : Sabat muntuh, sabat gantokng, sabat Oik podi, sabat Kabis Panumak, sabat Nalu, dan sabat Maing (yang terbesar,bisa tujuh hari tujuh malam acaranya). Namun sekarang ini sabat Maing tidak pernah lagi dilakukan hal ini karena rumitnya tatacara yang harus dilaksanakan. Selain itu juga karena banyaknya biaya yang dibutuhkan.

Biasanya orang Semanakng, bagi yang sudah menikah khusus laki-laki umumnya akan mengikuti istrinya atau dikenal dengan pola Matrilokal. Atau bisa juga mereka menetap ditempat yang sama dan terpisah dari kedua belah pihak dan mendirikan 
rumah sendiri atau lebih dikenal dengan pola Neolokal.


Tradisi Lisan Dayak Semanakng

Dayak Semanakng kaya akan tradisi-tradisi lisan yang sarat dan penuh makna tersendiri. Hal ini menjadi keunikan tersendiri dan sebagai warisan budaya bangsa yang tak ternilai harganya. 

Adapun jenis-jenis tradisi lisan tersebut diataranya, yakni :Barayah, Kasebetn, Sangkata, Bapama, Baradat, Barenek, Gesah, Ntakaw, Batimang dan carita.

Sedangkan jenis-jenis cerita masyarakat Semanakng seperti,cerita Koling Lamanau ngan Imok Bonang, Pak Alui, Pak Jogat, Damamakng ngan Damia, cerita pak Aji, carita Kora Borok, carita Ngkura (kura-kura), Salabatn Ulu Kapuas.

Maniri Abuh

Pada masyarakat Semanakng dikenal dengan adanya Maniri Abuh (mendirikan abuh). Ini sebagai perwujudan tanggung jawab sosial yang diberikan oleh orang tua kepada anaknya, berupa warisan-warisan yang harus dijaga. Maniri Abuh biasa dilakukan sesudah perkawinan ataupun menyesuaikan dengan kemampuan yang empunya gawai itu sendiri.

Dan sifatnya adalah wajib untuk dilaksanakan. Bahkan akhir-akhir ini jika ingin memegang jabatan ditingkat desa seperti kepala adat, kepala desa, kepala dusun dan lainnya harus sudah mendirikan abuh. Jika tidak maka tidak bisa. Oleh karena itu masyarakat sering menyebut Maniri Abuh sebagai Sabat terakhir.

Maniri Abuh : Salah satu acara maniri abuh
Adapun jenis-jenis pemberian abuh antara lain  dapat dikategorikan menjadi dua bagian, yakni : Abuh Baganokng (abuh bergandengan) dan abuh non Baganokng, perbedaannya terletak siapa yang memberikannya. Kalau Baganokng diberikan oleh kedua belah pihak baik dari orang tua sendiri maupun dari mertua. Sedangkan non Baganokng hanya salah satu pihak saja.

Dalam pemberian abuh juga dikenal dengan berbagai macam istilah yang disesuaikan dengan derajat dalam keluarga tersebut, misal yang sulung dengan yang bungsu akan lain. Macamnya antara lain; Abuh Pokok, abuh Pamagi, abuh Panganse, abuh Pamopak dan abuh Kajemar.

Ritual Upacara Adat 

Upacara adat memang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan masyarakat dayak. Termasuklah dayak Semanakng, berbagai jenis upacara adat dilakukan sebagai bentuk syukuran ataupun ritual pengobatan dan keperluan lainnya.
Adapun ritual -ritual tersebut diantaranya ; Baboretn, Badukutn, Basasileh, Basasinokng, Mota, Nungkat Gumi, Mancakng Mangor, Babatatn, Batuntut Lemu.

Kepercayaan

Pada mula timbulnya suatu kepercayaan dalam masyarakat sebagai pendukung utama dari suatu kebudayaan karena dianggap masyarakat ataupun manusia tidak dapat menjawab, tentang adanya kekuatan supranatural yang ada di luar jangkauan mereka. Sehingga kekuatan yang diluar akan kemampuan itu menimbulkan suatu kepercayaan bagi manusia.

Manusia pun melakukan berbagai hal dengan cara yang aneka ragam untuk mencari hubungan dengan yang lebih tinggi itu. Sehingga kemudian timbullah suatu kepercayaan dari masyarakat itu. Seperti kepada roh-roh halus, tempat-tempat keramat, roh nenek moyang dan sebagainya.

Dan yang membentuk system kepercayaan/system religius dalam suatu masyarakat itu semua adalah serangkaian symbol sacral yang terjalin menjadi sebuah keseluruhan tertentu yang teratur (Gerzt,1992).

Konsep kepercayaan orang dayak Semanakng sebelum masuknya agama Nasrani, yakni percaya kepada kekuatan alam dan penunggu-penunggu tempat-tempat tertentu serta kekuatan-kekuatan gaib lainnya. Kepercayaan terhadap kekuatan gaib yang biasa disebut dinamisme. Seperti tempat-tempat keramat,ada batu, kayu, sungai,pohon dan sebagainya.

Mereka meyakini bahwa alam semesta ini harus dijaga dan dipelihara, oleh karena itu penghargaan dan menjaga alam merupakan hal yang utama. Tanda-tanda alam juga menjadi suatu kepercayaan, seperti bunyi burung-burung, bunyi macan dan lainnya.

Namun, konsep percaya kepada Tuhan yang satu pada dasarnya merupakan yang utama. Dalam masyarakat dayak Semanakng pencipta alam semesta ini dinamakan Nek Duata atau Duwata, yang artinya Tuhan Yang Esa. Oleh karena itu penghargaan terhadap alam sangat dihormati.

Mereka meyakini dengan manusia taat menjaga alam semesta berupa memberikan penghormatan seperti adanya upacara-upacara adat yang menyajikan sesajian. Akan menjaga dan menjauhkan manusia itu dari marabahaya. 

Peralatan : Salah satu alat untuk Ngantirok
Sedangkan alam dunia bawah, adalah roh manusia yang meninggal yang tidak bisa sampai ke Sabayatn Tujoh karena selama hidunya dia mempunyai banyak kesalahan. Sehingga roh ini seringkali mengganggu manusia yang masih hidup. Selain itu percaya terhadap roh-roh nenek moyang juga turut mempengaruhi kehidupan orang Semanakng.

Setelah masuknya agama Samawi ke derah ini pada tahun 1960-an perlahan-lahan praktek-praktek kepercayaan lama mulai ditinggalkan. Dan digantikan dengan ritual keagamaan.

Namun walaupun demikian sampai kini kondisi kehidupan mereka pada prakteknya masih ada yang tetap menggunakan system lama. Walaupun tidak seutuh lagi dulu lagi, dan hanya sekedar penghormatan akan tradisi lama. 

Populasi dan Luas Wilayah

Secara keseluruhan luas banua Semanakng,yakni 843,6 Km2 atau 27 persen dari luas Kec.Simpang Hulu. Sedangkan jumlah penduduknya sebanyak 6.830 jiwa atau 24,5 persen dari jumlah penduduk Kec.Simpang Hulu. Belum lagi ditambah dengan yang berdomisili di Kec.Sei Laur. Diperkirakan populasinya sekarang ini sekitar 7.000 lebih.

Tabel Penduduk dan Luas Wilayah Banua Semanakng

No.
Nama Desa
Luas Wilayah (Km2)
Jumlah Penduduk
1.
Semandang Kiri
203,1

2 183

2.
Semandang Hulu
161,77

1 329

3.
Paoh Concong
259,1
1 336

4.
Kenanga
100

1 314

5.
Legong
119,63

668

J u m l a h
843,6

6.830

Sumber : Simpang Hulu dalam angka 2011. Data diolah.

Mempertegas  Kata Semandang

Ketika menyebut Semandang umumnya identik dengan Balai Semandang. Yang terletak persis berada dilintasan jalan Trans Kalimantan. Namun sesunguhnya anggapan itu sangat keliru. Banyak dari orang Semandang pun tidak bisa secara gamblang menjelaskan pemaknaan dari kata itu. Kalau bagi orang luar wilayah itu, akan sah-sah saja jika menyebutnya demikian.

Yang kemudian tertuju pada Balai Semandang  yang dimaksudkannya. Namun, rupanya bagi orang diwilayah sekitarnya pun seringkali menyebutkan hal yang sama kelirunya. Kata Semandang sesungguhnya merupakan kata umum untuk mengungkapkan suatu wilayah dan penyebutan identitas bagi masyarakat yang tinggal di sepanjang wilayah Sungai Semandang dan sekitarnya.

Sehingga identitas ini kemudian mencerminkan bahwa siapapun yang berada didaerah ini disebut sebagai orang Semandang  termasuklah yang bermukim diluar Balai Semandang. Kenyataannya selama ini mereka yang berada diluar wilayah Balai Semandang  meskipun masih dalam suatu kawasan Semandang kerapkali menyebutkan dirinya berdasarkan dimana ia berasal.

Tak hanya berada di wilayah Kec. Simpang Hulu, namun juga ketika mereka berada diwilayah lain ketika menyebutkan asal usulnya pastilah akan menyebut asal kampungnya. Misal, orang Kuala Randau ketika ditanya berada diluar wilayah akan lebih cenderung menyebut dirinya orang Randau.

Begitu pula yang berasal dari daerah Baram, akan menyebut dirinya orang Baram. Bahkan diwilayah terdekat misal, Kampung Km 17, Pergung dan Setutuh yang notabene berdekatan dan bersambung dengan Balai Semandang sering pula menyebutkan dirinya ketika ditanya asal akan lebih kuat kecenderungannya kepada nama kampung.

Boleh-boleh saja mereka menyebut dirinya seperti itu. Tetapi yang perlu diluruskan, yakni tentang  Semandang  identik dengan Balai  Semandang itu sesuatu yang sangat keliru besar. Perlu sekali sebuah identitas yang menunjukkan jati diri sebagai masyarakat yang berada disuatu kawasan agar tidak hampa dalam gambaran pertanyaan orang luar.

Semandang itu perlu dipertegas kembali merupakan suatu kawasan yang berada dijalur kampung-kampung sepanjang alirang  sungai Semandang dan bukan Balai Semandang. Ini sekali lagi sangat penting untuk dipertegas dengan jelas. Ketika seseorang wilayah Semandang menyebutkan dirinya berasal dari kampung tempat tinggalnya tetapi masih dalam suatu kawasan itu adalah sangat tepat.

Tetapi akan tidak tepat ketika dirinya berada di daerah lain kemudian ditanya akan identitasnya dan disebutkan  bukan dari Semandang. Kata Semandang merupakan penanda sekaligus identitas besar dalam menyebutkan masyarakat sehingga terbentuklah kata dayak Semanakng atau Semandang.

Jika dikaji lagi, sesungguhnya penggunaan istilah kata Semandang itu jauh lebih luas. Bukan saja yang ada di kec. Simpang Hulu namun juga daerah Simpang Dua, yakni Desa Semandang Kanan juga bisa digolongkan sebagai orang Semandang. Meskipun dalam kenyataannya mereka lebih cenderung menggunakan  Simpakng dalam pergaulannya dengan orang luar.

Untuk itu mari kita  buka pemahaman dan berusaha untuk melepaskan kekeliruan yang ada. Sebab identitas itu sangat penting bagi penanda terhadap suatu masyarakat atau komunitas.  

Catatan : Apa yang ditulis tentang budaya dan adat istiadat orang Semanakng ini tidak seluruhnya bisa di publis di sini. Penulis hanya mencantumkan garis-garis besarnya saja. Hal ini karena sedang ditulis secara mendalam untuk dijadikan buku kelak

Referensi :
Alloy, Sujarni dkk. 2008. Mozaik Dayak Keberagaman Subsuku Dan Bahasa Dayak Di Kalimantan Barat. Pontianak : Institut Dayakologi.

Djuweng, Stepanus (eds). 2003. Tradisi Lisan Dayak Yang Tergusur Dan Terlupakan. Pontianak : Institut Dayakologi. 

Lontaan, J.U. (1975). Hukum Adat dan Adat Istiadat Kalimantan Barat: Pemerintah Daerah tingkat I Kalimantan Barat.

Depdikbud Provinsi Kalbar, 1996. Konsep Pemujaan Masyarakat Dayak Terhadap Tuhan Yang Maha Kuasa: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Kantor Wilayah Prov.Kalbar.





 




6 komentar:

  1. Keren Bro... Berkunjung juga ke blog saya bro.. baramcity.blogspot.com or yohanesjerryanto.blogspot.com

    BalasHapus
  2. Mantap mo nto. Kunjungi gak nto blog komunitas pecinta alam simpang hulu. www.kompash14.blogspot.com

    BalasHapus
  3. Bagas bang nalanjutjak bang semangat nak berkarya

    BalasHapus
  4. Koling lamanau ngan imok bonang
    cerita tentang apa ya ?
    Dan apa itu Lamanau ? Apakah suatu daerah atau apa ?

    BalasHapus
  5. Sangat bagas, info nak dop samuyak neh

    BalasHapus