Darimana sajakah asal usul orang Semanakng? Bagaimana bentuk adat istiadat dan
bahasa serta tradisinya? Dan apa sesungguhnya yang membuat suku ini unik dan
menarik untuk dikaji dan ditelusuri?? Simak selengkapnya dalam tulisan berikut.
Sejarah Asal Usul dan
Permukiman
BARANGKALI bagi anda yang baru pertamakali mendengar
tentang dayak Semandang atau pun membaca tulisan ini akan bertanya-tanya.
Pasalnya kedengarannya agak asing, namun sesungguhnya bukanlah seperti itu
adanya.
Dayak Semandang atau Semanakng bagi orang luar yang tidak
terbiasa mengucapkan lafal bunyi konsonan sebelum nasal (huruf k sebelum ng),
akan sangat susah mengucapkannya. Mereka bermukim di kawasan sepanjang lembah
sungai Semandang di bagian selatan Provinsi Kalimantan Barat, tepatnya di Kec.
Simpang Hulu, Kab.Ketapang. Kec. Simpang Hulu beribukota di Balai Berkuak.
Kurang lebih 17 Km dari wilayah permukiman dayak Semanakng.
Peta Kalbar : Dayak Semanakng berada di kab.Ketapang |
Tempat bermukim mereka berada di lima desa, yakni desa
Semandang Kiri, desa Paoh Concong, desa Semandang Hulu, desa Legong dan desa
Kenanga. Selain di wilayah tersebut, dayak Semanakng juga bermukim di Tanjung
Maju, dan selangkut daerah ini termasuk wilayah administrasi Kec.Sungai Laur.
Kira-kira 10 Km dari permukiman orang Semanakng di Simpang Hulu.
Penamaan identitas Semandang ini mengacu pada nama sungai
diwilayah ini, yakni sungai Semandang yang mengalir dari arah utara yang
bersumber dari mata air gunung Lubang Kijang didaerah Legong, menuju wilayah
bagian selatan,yakni bermuara di sungai Banjur, Kec.Simpang Dua.
Karena itulah mereka kemudian mengidentifikasikan dirinya
sebagai orang Semandang. Dayak Semandang merupakan subsuku dayak Simpakng,
salah satu subsuku dayak terbesar di Kab. Ketapang. Dan termasuk dalam klan
besar dayak Darat atau Klemantan (Lontaan, 1975:56).
Bahkan peneliti seperti Surjani Alloy (2006), tidak ragu mengidentifikasi
mereka ini termasuk dalam rumpun dayak Bidayuhik sebab memiliki kemiripan dengan
kelompok dayak di Kab.Sanggau. Terutama dari segi bahasa, cerita rakyat dan
peradatannya.
Lalu darimanakah asal usul mereka sehingga sampai bisa
bermukim di tempat yang sekarang ini? Konon banyak cerita dari para tetua
setempat yang menyebutkan asal muasal mereka dulunya dari wilayah Tambak Rawakng, Sukadana (Kab.Kayong
Utara, Sekarang).
Karena kala itu sulitnya tempat berladang dan mencari lauk
untuk berburu, mereka kemudian berinisiatif mudik menyusuri sungai Simpakng dan
kemudian terus memasuki sungai Semanakng, hingga akhirnya tiba di suatu tempat
yang dinamai Sajan di daerah desa Paoh Concong. Ditempat ini hutannya masih
luas, dan mudah untuk mencari hewan buruan. Mereka pun kemudian mendirikan
rumah betang.
Dari sinilah kemudian mereka mulai menyebar hingga membentuk
permukiman-permukiman baru yang belakangan dikenal sekarang ini, seperti
Pergong, Paser, Baram, Mua, Pantong, Kuala Randau dan wilayah kampung lain sekitarnya.
Namun berdasarkan kajian jika melihat kondisi pada waktu itu, migrasinya
kelompok ini ke wilayah pedalaman dan perhuluan bukan dikarenakan mencari permukiman
baru sebagai tempat berladang, dan sulitnya tempat berburu.
Hal ini lebih dikarenakan kala itu adanya desakan secara
politis, berdirinya pusat-pusat kerajaan dimuara sungai yang dilakukan oleh
para pedagang-pedagang dari wilayah Riau dan Malaka. Tentu saja selain
mendirikan pusat-pusat kerajaan, para pedagang ini juga menyebarkan agama
Islam. Nah,penduduk asli yang tidak mau memeluk agama Islam lalu kemudian
hijrah ke wilayah pedalaman (S.Djuweng,2003 :3)
Meskipun dalam buku mozaik dayak keberagaman subsuku dan
bahasa dayak di Kalbar (Institut Dayakologi,2008) yang menyebutkan bahwa
terdapat dayak Sajan diwilayah Kec.Simpang Hulu. Namun sesungguhnya belum bisa
dijadikan patokan, sebab selama ini walaupun dari segi dialek terutama dalam
pengucapan lafal-lafal agak berbeda dengan wilayah sekitarnya bukan berarti
bisa dikategorikan sesederhana itu saja.
Kenyataannya mereka belum tentu demikian menyebut diri
mereka serta merta sebagai dayak Sajan. Seperti diwilayah Randau, Legong dan
Kenanga misalnya juga memiliki ciri khas tersendiri dalam mengucapkan
lafal-lafal tertentu, toh mereka tetap merasa bagian dari dayak Semanakng.
Selain itu cerita asal usul mereka juga masih perlu
ditindaklanjuti dengan penelitian-penelitian yang lebih komprehenshif dan
mendalam lagi. Menelusuri sejarah dayak Semanakng misalnya bisa melalui
silsilah (Pureh), dimana bisa diketahui secara runut keturunan dan kenapa
mereka pindah.
Ada juga yang menyebut sebagian mereka berasal dari
hijrahnya subsuku dayak diwilayah Sanggau ke bagian selatan. Namun, apapun
versinya melalui kajian pendekatan silsilah nampaknya lebih bisa kuat
kebenaranya.
Peta Permukiman Dayak Semanakng |
Pada orang Semanakng meyakini bahwa mereka merupakan
keturunan dari Pateh Bangi dan Dayang Salipah yang dulunya bermukim di Tamak Rawakng, kemudian mempunyai anak
yang diutus untuk mudik ke hulu sungai. Nah,orang salah satu anaknya tersebut
bergelar Domong Sudek yang khusus ke
wilayah Sajan.Sehingga kemudian dianggap sebagai keturunan dan nenek moyang
dayak Semanakng.
Bukan hanya itu saja, seluruh anak-anak Pateh Bangi tersebut
juga masing-masing mudik ke anak-anak sungai Simpakng seperti ke Gore, Banjur.
Ada juga ke wilayah Kualan. Serta ke wilayah luar, seperti wilayah Jokak
Keriau, Desaa, Sekadau, bahkan hingga ke Serawak/Sabah. Ini kemudian yang oleh
masyarakat dikenal dengan sebutan Desaa
Sembilan Domong Sepuloh.
Mengkaji dan menelusuri jejak-jejak keberadaan dayak
Semanakng adalah sangat unik dan menarik. Juga sangat menantang, sebab masih
banyak fakta-fakta yang belum terungkap tentang keberadaan suku ini. Masih
perlu kajian-kajian dan penelitian lanjutan yang sangat mendalam. Masih banyak
misteri-misteri tentang keunikan mereka, yang perlu di perdalam.
Bahasa
Bahasa memegang peranan yang sangat penting didalam
berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain. Bahasa juga bisa dijadikan
sebagai alat pemersatu. Pada dayak Semanakng bahasa yang digunakan disebut
bahasa Semanakng.
Perbedaan antara satu kampung dengan kampung lainnya bisanya
terletak pada ciri pengucapan atau langgam terhadap kata-kata tertentu. Namun mereka
tetap mengerti dan secara umum semua itu sama. Sehingga tidak ada hambatan bagi
mereka dalam berkomunikasi.
Contoh penggunaannya :
Nama Kosakata
|
Semanakng
|
Saja/Baram
|
Ikan
|
[ikatn]
|
[ike’]
|
Rebung
|
[Robokng]
|
[Robo’]
|
Selain itu khusus
wilayah Kuala Randau, Legong dan Kenanga juga memiliki ciri khas tertentu dalam
pengucapan lafal-lafal terutama dari segi kekuatan pengucapannya. Orang Kuala
Randau, misalnya lebih dalam mengucapkan sesuatu dan bernada kental.
Eksotic : Gadis dayak Semanakng berpakaian adat |
Begitu juga dengan
yang di Kenanga dan Legong mereka memiliki ciri khasnya. Hal ini dikarenakan
kebiasaan, anak sungai yang konsumsi airnya juga turut menjadi penentu dialek.
Orang Sei Nibung misalnya, mereka menggunakan air sei Kiyungkang yang bermuara
ke Sei Laur. Tentu saja memiliki pengaruh tersendiri dari segi bahasa.
Yang lebih unik lagi
misalnya orang di kampung Pantong. Sungai Balai Pinang yang bermuara ke sei
Kualan dan sei Sarirakng yang bermuara ke sungai Semanakng. Justru mata airnya
bersumber dari Pantong. Sehingga tidak heran dialek dikampung ini beragam.
Ada yang khas Semanakng,
ada juga yang kental khas dialek Kualan. Bahkan ada yang bernada tinggi-tinggi
dalam pengucapannya. Sungguh sangat unik.
Sistem Kekerabatan
Pada umumnya system
kekerabatan masyarakat suku dayak tidak mengenal dari garis ayah ataupun ibu.
Sistem ini lebih dikenal dengan Bilateral/ambilineal,yakni menarik garis
keturunan baik dari ayah maupun ibu. Sehingga antara ayah dan ibu tidak ada
yang dominal, dan netral keduanya sama-sama penting. Dengan demikian system
pewarisan tidak ada pembedaan antara laki-laki maupun perempuan. Dayak
Semanakng juga tidak mengenal kasta atau tingkatan status, semuanya sama. Ini
biasa dikenal dengan egalitarian.
Selain percaya
kepada kekuatan gaib, mereka juga percaya akan adanya dunia atas dan dunia
bawah. Didunia atas adalah yang mereka yakini sebagai surga, manusia
menghuninya setelah manusia meninggal dunia. Namun tidak semua roh manusia bisa
sampai kesana. Dalam bahasa Semanakng, surga itu disebut juga dengan Sabayatn Tujoh.
Busana Adat : Biasa digunakan dalam acara pernikahan |
Nah,pada dayak Semanakng system
kekerabatan ini lebih dikenal dengan Pureh. Pureh berperan penting dalam berinteraksi
dengan orang lain. Kadangkala orang yang lebih muda, kalau Purehnya lebih
tinggi maka kita bisa memanggilnya dengan sebutan Ba okapm misal Omba (omaa),
Tongah, Tua, Busu.
Sebaliknya jika setara Purehnya atau
sepupu sering dipanggil Ngal,artinya patungal (sepupu). Banyak lagi
sebutan-sebutan lainnya khusus untuk orang yang setara misal, samek,asik yang
artinya kawan akrab.
Dengan adanya Pureh juga dapat
diketahui sampai dimana hubungan kekerabatan sanak sauadara maupun dengan orang
lain. Khususnya jika dalam hubungan perkawinan, apakah yang bersangkutan
termasuk keluarga dekat atau sudah jauh.
Apakah masih terbilang sumbang
ataupun berdekatan. Dengan demikian akan baru bisa menentukan nilai adatnya
yang harus dikeluarkan.
Sedangkan perkawinan yang boleh
dilakukan misalnya antara seorang gadis dan bujang yang sudah jauh alur
purehnya,misal tiga sampai empat derajat. Sedangkan perkawinan yang tidak
dibolehkan,yakni Incest: seperti anak dengan
orangtua.
Cucu dengan nenek. Patri parallel cousin:
Perkawinan antara dua sepupu yang ayah-ayahnya bersaudara
sekandung. Perkawinan antara
generasi-generasi yang berbeda seperti tante dengan keponakan.
Struktur Pemerintahan
Adat/Organisasi Sosial
Adapun organisasi sosial yang dapat
dijumpai pada dayak Semanakng, yakni berdasarkan tingkatan kepemimpinan adat.
Pimpinan adat tertingginya disebut Kanuroh. Sedangkan dibawah Kanuroh ada yang
namanya Patinggi, kemudian ada Temongokng/Temenggung. Dibawahnya ada Pateh,
Singa, dan yang terkecil disebut Ria. Mereka memiliki kemampuan dibidang
peradilan adat. Dan berperan penting didalam menyelesaikan pertikaian dimasyarakat.
Tugas mereka hampir sama, Cuma yang
membedakanya terletak pada kemampuan dan cakupan wilayahnya. Kalau Kanuroh
misalnya membawahi semua kampung-kampung yang ada di tanah Semanakng Sekayok. Sedangkan Patinggi biasanya dalam cakupan
wilayah satu desa saja. Begitu juga dengan Temongokng, Pateh, Singa dan Ria.
Nah, jika perkara tidak bisa diselesaikan ditingkat Ria atau lingkup RT (Rukun
tetangga/dusun),maka akan dilimpahkan ke yang lebih tinggi,yakni ke Singa.
Begitu seterusnya, dan pengadilan adat tertingginya berada di tangan Kanuroh.
Oleh karena itu apapun yang
diputuskan oleh Kanuroh maka, wajib untuk menghormatinya oleh siapapun. Namun
sekarang ini system tersebut jarang dipergunakan lagi, hal ini karena sudah
adanya hukum negara. Selain itu susah mencari orang yang benar-benar disegani
dan mempunyai kharisma. Sebab menjadi pemimpin adat merupakan tanggungjawab
yang sangat berat tugasnya.
Kanuroh yang pernah tercatat dalam
wilayah adat Semanakng Sekayok, yakni ada Kanuroh Awan dari kampung Deraman.
Setelah itu ada juga Kanuroh Kokos. Nah, setelah itu susah lagi menemukan orang
yang bisa didapuk memegang jabatan tersebut. Meskipun sekarang ini ada
upaya-upaya untuk menghidupkannya kembali.
Sedangkan Patinggi yang terkenal
seperti Patinggi Liku, di Pantong. Biasanya disetiap kampung dahulu tetap ada
orang yang mempunyai kemampuan lebih, yang kemudian ditunjuk menjadi pemimpin
tertingginya. Sekarang ini system tersebut sudah digantikan oleh struktur
pemerintahan yang diatur oleh negara. Dan kepala desa, dusun dan RT yang
mengurus administrasi kependudukan warga.
Perkawinan
Sistem perkawinan pada orang
Semanakng pada masa lalu maupun sekarang dikenal dengan istilah Sabat adat (nikah adat). Dengan masuknya agama
Nasrani sekarang ini, nikah adat tetap dipertahankan namun biasanya yang
pertama kali dilakukan adalah nikah secara gereja dulu. Baru kemudian nikah
secara adat.
Pengantin : Sepasang pengantin dayak semanakng |
Orang Semanakng mengenal berbagai
jenis nikah adat diantaranya : Sabat
muntuh, sabat gantokng, sabat Oik podi, sabat Kabis Panumak, sabat Nalu, dan
sabat Maing (yang terbesar,bisa tujuh hari tujuh malam acaranya). Namun
sekarang ini sabat Maing tidak pernah lagi dilakukan hal ini karena rumitnya
tatacara yang harus dilaksanakan. Selain itu juga karena banyaknya biaya yang
dibutuhkan.
Biasanya orang Semanakng, bagi yang
sudah menikah khusus laki-laki umumnya akan mengikuti istrinya atau dikenal
dengan pola Matrilokal. Atau bisa juga
mereka menetap ditempat yang sama dan terpisah dari kedua belah pihak dan
mendirikan
rumah sendiri atau lebih dikenal dengan pola Neolokal.
rumah sendiri atau lebih dikenal dengan pola Neolokal.
Tradisi Lisan Dayak
Semanakng
Dayak Semanakng kaya akan
tradisi-tradisi lisan yang sarat dan penuh makna tersendiri. Hal ini menjadi
keunikan tersendiri dan sebagai warisan budaya bangsa yang tak ternilai
harganya.
Adapun jenis-jenis tradisi lisan
tersebut diataranya, yakni :Barayah, Kasebetn, Sangkata, Bapama, Baradat,
Barenek, Gesah, Ntakaw, Batimang dan carita.
Sedangkan jenis-jenis cerita
masyarakat Semanakng seperti,cerita Koling Lamanau ngan Imok Bonang, Pak Alui,
Pak Jogat, Damamakng ngan Damia, cerita pak Aji, carita Kora Borok, carita
Ngkura (kura-kura), Salabatn Ulu Kapuas.
Maniri Abuh
Pada masyarakat Semanakng dikenal
dengan adanya Maniri Abuh (mendirikan abuh). Ini sebagai perwujudan tanggung
jawab sosial yang diberikan oleh orang tua kepada anaknya, berupa
warisan-warisan yang harus dijaga. Maniri Abuh biasa dilakukan sesudah
perkawinan ataupun menyesuaikan dengan kemampuan yang empunya gawai itu
sendiri.
Dan sifatnya adalah wajib untuk
dilaksanakan. Bahkan akhir-akhir ini jika ingin memegang jabatan ditingkat desa
seperti kepala adat, kepala desa, kepala dusun dan lainnya harus sudah
mendirikan abuh. Jika tidak maka tidak bisa. Oleh karena itu masyarakat sering
menyebut Maniri Abuh sebagai Sabat terakhir.
Adapun jenis-jenis pemberian abuh
antara lain dapat dikategorikan menjadi
dua bagian, yakni : Abuh Baganokng (abuh bergandengan) dan abuh non Baganokng,
perbedaannya terletak siapa yang memberikannya. Kalau Baganokng diberikan oleh kedua belah pihak baik dari orang tua sendiri
maupun dari mertua. Sedangkan non Baganokng hanya salah satu pihak saja.
Dalam pemberian abuh juga dikenal
dengan berbagai macam istilah yang disesuaikan dengan derajat dalam keluarga
tersebut, misal yang sulung dengan yang bungsu akan lain. Macamnya antara lain;
Abuh Pokok, abuh Pamagi, abuh Panganse,
abuh Pamopak dan abuh Kajemar.
Ritual Upacara Adat
Upacara adat memang tidak bisa
dipisahkan dari kehidupan masyarakat dayak. Termasuklah dayak Semanakng,
berbagai jenis upacara adat dilakukan sebagai bentuk syukuran ataupun ritual
pengobatan dan keperluan lainnya.
Adapun ritual -ritual tersebut
diantaranya ; Baboretn, Badukutn,
Basasileh, Basasinokng, Mota, Nungkat Gumi, Mancakng Mangor, Babatatn, Batuntut
Lemu.
Kepercayaan
Pada mula timbulnya
suatu kepercayaan dalam masyarakat sebagai pendukung utama dari suatu
kebudayaan karena dianggap masyarakat ataupun manusia tidak dapat menjawab,
tentang adanya kekuatan supranatural yang ada di luar jangkauan mereka.
Sehingga kekuatan yang diluar akan kemampuan itu menimbulkan suatu kepercayaan
bagi manusia.
Manusia pun
melakukan berbagai hal dengan cara yang aneka ragam untuk mencari hubungan
dengan yang lebih tinggi itu. Sehingga kemudian timbullah suatu kepercayaan
dari masyarakat itu. Seperti kepada roh-roh halus, tempat-tempat keramat, roh
nenek moyang dan sebagainya.
Dan yang membentuk
system kepercayaan/system religius dalam suatu masyarakat itu semua adalah
serangkaian symbol sacral yang terjalin menjadi sebuah keseluruhan tertentu
yang teratur (Gerzt,1992).
Konsep kepercayaan
orang dayak Semanakng sebelum masuknya agama Nasrani, yakni percaya kepada
kekuatan alam dan penunggu-penunggu tempat-tempat tertentu serta
kekuatan-kekuatan gaib lainnya. Kepercayaan terhadap kekuatan gaib yang biasa
disebut dinamisme. Seperti
tempat-tempat keramat,ada batu, kayu, sungai,pohon dan sebagainya.
Mereka meyakini
bahwa alam semesta ini harus dijaga dan dipelihara, oleh karena itu penghargaan
dan menjaga alam merupakan hal yang utama. Tanda-tanda alam juga menjadi suatu
kepercayaan, seperti bunyi burung-burung, bunyi macan dan lainnya.
Namun, konsep
percaya kepada Tuhan yang satu pada dasarnya merupakan yang utama. Dalam
masyarakat dayak Semanakng pencipta alam semesta ini dinamakan Nek Duata atau Duwata, yang artinya Tuhan Yang Esa. Oleh karena itu penghargaan
terhadap alam sangat dihormati.
Mereka meyakini
dengan manusia taat menjaga alam semesta berupa memberikan penghormatan seperti
adanya upacara-upacara adat yang menyajikan sesajian. Akan menjaga dan
menjauhkan manusia itu dari marabahaya.
Peralatan : Salah satu alat untuk Ngantirok |
Sedangkan alam
dunia bawah, adalah roh manusia yang meninggal yang tidak bisa sampai ke
Sabayatn Tujoh karena selama hidunya dia mempunyai banyak kesalahan. Sehingga
roh ini seringkali mengganggu manusia yang masih hidup. Selain itu percaya
terhadap roh-roh nenek moyang juga turut mempengaruhi kehidupan orang
Semanakng.
Setelah masuknya
agama Samawi ke derah ini pada tahun 1960-an perlahan-lahan praktek-praktek
kepercayaan lama mulai ditinggalkan. Dan digantikan dengan ritual keagamaan.
Namun walaupun
demikian sampai kini kondisi kehidupan mereka pada prakteknya masih ada yang
tetap menggunakan system lama. Walaupun tidak seutuh lagi dulu lagi, dan hanya
sekedar penghormatan akan tradisi lama.
Populasi dan Luas
Wilayah
Secara keseluruhan luas banua Semanakng,yakni 843,6 Km2
atau 27 persen dari luas Kec.Simpang Hulu. Sedangkan jumlah
penduduknya sebanyak 6.830 jiwa atau 24,5 persen dari jumlah penduduk
Kec.Simpang Hulu. Belum lagi ditambah dengan yang berdomisili di Kec.Sei Laur.
Diperkirakan populasinya sekarang ini sekitar 7.000 lebih.
Tabel Penduduk dan Luas Wilayah Banua Semanakng
No.
|
Nama Desa
|
Luas Wilayah
(Km2)
|
Jumlah
Penduduk
|
1.
|
Semandang Kiri
|
203,1
|
2 183
|
2.
|
Semandang Hulu
|
161,77
|
1 329
|
3.
|
Paoh Concong
|
259,1
|
1 336
|
4.
|
Kenanga
|
100
|
1 314
|
5.
|
Legong
|
119,63
|
668
|
J u m l a h
|
843,6
|
6.830
|
Sumber : Simpang Hulu
dalam angka 2011. Data diolah.
Mempertegas Kata
Semandang
Ketika menyebut
Semandang umumnya identik dengan Balai Semandang. Yang terletak persis berada dilintasan
jalan Trans Kalimantan. Namun sesunguhnya anggapan itu sangat keliru. Banyak
dari orang Semandang pun tidak bisa secara gamblang menjelaskan pemaknaan dari
kata itu. Kalau bagi orang luar wilayah itu, akan sah-sah saja jika menyebutnya
demikian.
Yang kemudian
tertuju pada Balai Semandang yang
dimaksudkannya. Namun, rupanya bagi orang diwilayah sekitarnya pun seringkali
menyebutkan hal yang sama kelirunya. Kata Semandang sesungguhnya merupakan kata
umum untuk mengungkapkan suatu wilayah dan penyebutan identitas bagi masyarakat
yang tinggal di sepanjang wilayah Sungai Semandang dan sekitarnya.
Sehingga identitas
ini kemudian mencerminkan bahwa siapapun yang berada didaerah ini disebut
sebagai orang Semandang termasuklah yang
bermukim diluar Balai Semandang. Kenyataannya selama ini mereka yang berada
diluar wilayah Balai Semandang meskipun
masih dalam suatu kawasan Semandang kerapkali menyebutkan dirinya berdasarkan
dimana ia berasal.
Tak hanya berada di
wilayah Kec. Simpang Hulu, namun juga ketika mereka berada diwilayah lain
ketika menyebutkan asal usulnya pastilah akan menyebut asal kampungnya. Misal,
orang Kuala Randau ketika ditanya berada diluar wilayah akan lebih cenderung
menyebut dirinya orang Randau.
Begitu pula yang
berasal dari daerah Baram, akan menyebut dirinya orang Baram. Bahkan diwilayah
terdekat misal, Kampung Km 17, Pergung dan Setutuh yang notabene berdekatan dan bersambung dengan Balai Semandang sering
pula menyebutkan dirinya ketika ditanya asal akan lebih kuat kecenderungannya
kepada nama kampung.
Boleh-boleh saja
mereka menyebut dirinya seperti itu. Tetapi yang perlu diluruskan, yakni
tentang Semandang identik dengan Balai Semandang itu sesuatu yang sangat keliru
besar. Perlu sekali sebuah identitas yang menunjukkan jati diri sebagai
masyarakat yang berada disuatu kawasan agar tidak hampa dalam gambaran
pertanyaan orang luar.
Semandang itu perlu
dipertegas kembali merupakan suatu kawasan yang berada dijalur kampung-kampung
sepanjang alirang sungai Semandang dan
bukan Balai Semandang. Ini sekali lagi sangat penting untuk dipertegas dengan
jelas. Ketika seseorang wilayah Semandang menyebutkan dirinya berasal dari
kampung tempat tinggalnya tetapi masih dalam suatu kawasan itu adalah sangat
tepat.
Tetapi akan tidak
tepat ketika dirinya berada di daerah lain kemudian ditanya akan identitasnya
dan disebutkan bukan dari Semandang.
Kata Semandang merupakan penanda sekaligus identitas besar dalam menyebutkan
masyarakat sehingga terbentuklah kata dayak Semanakng atau Semandang.
Jika dikaji lagi,
sesungguhnya penggunaan istilah kata Semandang itu jauh lebih luas. Bukan saja
yang ada di kec. Simpang Hulu namun juga daerah Simpang Dua, yakni Desa
Semandang Kanan juga bisa digolongkan sebagai orang Semandang. Meskipun dalam
kenyataannya mereka lebih cenderung menggunakan
Simpakng dalam pergaulannya dengan orang luar.
Untuk itu mari
kita buka pemahaman dan berusaha untuk
melepaskan kekeliruan yang ada. Sebab identitas itu sangat penting bagi penanda
terhadap suatu masyarakat atau komunitas.
Catatan :
Apa yang ditulis tentang budaya dan adat istiadat orang Semanakng ini tidak
seluruhnya bisa di publis di sini. Penulis hanya mencantumkan garis-garis
besarnya saja. Hal ini karena sedang ditulis secara mendalam untuk dijadikan
buku kelak
Referensi :
Alloy, Sujarni dkk. 2008. Mozaik Dayak Keberagaman Subsuku Dan Bahasa
Dayak Di Kalimantan Barat. Pontianak : Institut Dayakologi.
Djuweng, Stepanus (eds). 2003. Tradisi Lisan Dayak Yang Tergusur Dan
Terlupakan. Pontianak : Institut Dayakologi.
Lontaan, J.U. (1975). Hukum
Adat dan Adat Istiadat Kalimantan Barat: Pemerintah Daerah tingkat I
Kalimantan Barat.
Depdikbud Provinsi Kalbar, 1996. Konsep Pemujaan Masyarakat Dayak Terhadap
Tuhan Yang Maha Kuasa: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Kantor Wilayah
Prov.Kalbar.
Keren Bro... Berkunjung juga ke blog saya bro.. baramcity.blogspot.com or yohanesjerryanto.blogspot.com
BalasHapusMantap... tks info nya
BalasHapusMantap mo nto. Kunjungi gak nto blog komunitas pecinta alam simpang hulu. www.kompash14.blogspot.com
BalasHapusBagas bang nalanjutjak bang semangat nak berkarya
BalasHapusKoling lamanau ngan imok bonang
BalasHapuscerita tentang apa ya ?
Dan apa itu Lamanau ? Apakah suatu daerah atau apa ?
Sangat bagas, info nak dop samuyak neh
BalasHapus