Banyak
ritual-ritual yang sering dilaksanakan oleh masyarakat dayak Semanakng.
Berbagai ritual tersebut dimaksudkan sebagai upaya menjaga hubungan
keseimbangan alam antara manusia dan lingkungannya. Selain itu juga sebagai
upaya menjaga kelestarian adat dan budaya.
Nah,
ritual ngongkat tariu (mengangkat tariu) misalnya, adalah upaya menjaga
keharmonisan manusia dengan lingkungan serta sang pencipta (nek Duata). Upacara
adat ngongkat tariu yang dilaksanakan tersebut berlangsung di kampung Pantong,
sekitar 2,5 km dari Balai Semandang, kec.Simpang Hulu, Ketapang-Kalimantan
Barat.
HARI Rabu, (28/12/2011)
sungguh nahas menimpa keluarga Suardi, bagaimana tidak sijago merah dengan
ganasnya melalap rumah berikut beserta isi-isinya. Kejadian yang berlangsung
sekitar pukul 17.00 (jam 5) sore itu sungguh mengejutkan dan membuat Suardi
menangis.
Dirinya pun tak menyangka akan mendapatkan
musibah, seluruh warga pun bergegas membantu memadamkan dengan peralatan
seadanya. Namun karena peralatan yang sangat minim, warga tidak bisa berbuat
banyak. Ditambah lagi jauh dari sumber air. Yang terjadi malahan makin
menjadi-jadi dilahap sang jago merah.
Sang istrinya Canet, tidak bisa menahan
kesedihannya. Dia pun terisak-isak meratapi rumahnya yang dalam hitungan jam
sudah rata dengan tanah. Kejadian kebakaran itu menurut penuturannya, berawal
dari api pelita yang ditaruh oleh anaknya yang berumur sekitar 6 tahun di dekat
tumpukkan pakaian di loteng.
Diduga pelita tersebut jatuh dan langsung
tumpah mengenai pakaian yang ada dibawah, sehingga api langsung menjalar dengan
cepat. Saat itu mereka sedang berada di rumah tetangga. Akibat dari kebakaran
tersebut menyebabkan kerugian material yang diperkirakan mencapai ratusan juta
rupiah.
Suardi beserta keluarganya yang berjumlah
10 jiwa ini pun harus mengungsi dan memakai rumah warga yang kebetulan kosong. Bala
sumbangan dan bantuan pun terus mengalir untuk meringankan beban mereka.
Nah, pasca kebakaran tersebut tepatnya 14
hari kemudian Suardi dan keluarganya menyelenggarakan kegiatan ritual adat yang
dinamakan ngongkat tariu. Kalau diartikan dengan bahasa Indonesia, ngongkat
tariu berati mengangkat semangat dengan memanggil ataupun menyapa roh-roh
keluarga tersebut untuk kembali seperti sedia kala. Dan jiwa orang-orang
tersebut dapat kembali ke badannya agar normal kembali seperti sedia kala.
Ngantirok :prosesi ngantirok sebelum dimulainya suatu acara |
Kegiatan ritual ngongkat tariu pun
dipersiapkan, tepat pada Selasa, (9/1/2012)
kegiatan itu pun terlaksana. Acara ini dipimpin oleh satu orang sesepuh adat setempat, Odat (94) beserta pembantunya (assisten) dua orang.
kegiatan itu pun terlaksana. Acara ini dipimpin oleh satu orang sesepuh adat setempat, Odat (94) beserta pembantunya (assisten) dua orang.
Dalam acara gawai ritual ini juga, para
warga kampung pun ikut membantu berpartisipasi dengan segala persiapannya. Mereka
membantu sang empunya gawai dari sejak pagi, seperti memasak makanan, memotong
babi dan ayam, membuat Palomak (beras
ketan yang dimasak di dalam bambu) dan segala perlengkapan lainnya. Begitulah
orang dikampung yang masih kental dengan suasana kegotong royongannya.
Susunan
Acara Ritualnya
Prosesi ritual ngongkat tariu dilaksanakan
persis dilokasi bekas rumah yang terbakar. Pertama-tama dilakukan acara ngantirok monta, ini dimaksudkan sebagai
pemberitahuan awal kepada jiwa-jiwa dari keluarga yang tertimpa musibah. Yang
jauh keberadaannya supaya dapat kembali, biasanya perlengkapannya seekor ayam
yang dikibas-kibaskan ditasa kepala keluarga tersebut seraya membaca doa-doa.
Setelah itu, ayam tersebut disembelih dan
darahnya diambil. Setelah siangnya dan semua perlengkapan sudah siap seperti
daging babi yang sudah dimasak, barulah acara pokoknya yang dinamakan ngantirok mosak dilaksanakan.
Pada kesempatan ini sesepuh adat dan
pembantunya memulai membacakan doa-doa permohonan kepada sang pencipta (Duata),
agar seluruh roh (minuu) keluarga korban kebakaran bisa kembali ke tubuhnya.
Tidak lagi pergi jauh-jauh, tak ketinggalan juga air suci (tampokng tawar)
diperciki disekeliling rumah tersebut. Percikan ini dimaksud untuk menyucikan
kembali tempat tersebut dan seluruh keluarga korban itu.
Perlengkapan upacara adat ngongkat tariu
berupa babi 4 real (sekitar 70 kg), ayam 4 ekor, telur secukupnya, dupa untuk
membakar kemenyan dan lilin. Tak ketinggalan ada juga panyot (bambu yang diarut secara halus dan kecil-kecil). Semua
perlengkapan tersebut di letakan di dalam sebuah wadah yang dalam bahasa
setempat oik podi (tempat untuk
menyaring bulir-bulir dan gabah padi kering).
Makna
Tariu
Bagi orang Dayak Semanakng dan suku dayak
umumnya, tariu merupakan suatu tanda serta sarana untuk berkomunikasi dengan
para leluhur maupun roh penyemangat, agar datang membantu. Roh tersebut tidak
bisa dilihat dengan mata telanjang. Dan tidak semua orang bisa melakukan tariu,
hanya orang-orang tertentu saja yang tau dan bisa melakukannya.
Khusus dalam situasi tertentu seperti kerusuhan
atau dalam keadaan yang genting serta situasi terdesak misalnya, maka orang dayak
bisa memanggil bala bantuan dengan cara melakukan tariu. Dan bala bantuan yang
datang tersebut tidak nampak, melainkan langsung memasuki tubuh orang-orang
yang memanggilnya.
Sehingga tidak heran orang tersebut menjadi
kuat dan punya semangat yang pantang menyerah. Bahkan kadangkala manusia yang
normal akan bisa berbuat diluar kendali pikiran. Itulah kemudian peranan tariu
bagi orang dayak sangat penting dan sangat bermakna.
Sesudah upacara adat ngongkat tariu, maka
pihak keluarga korban kebakaran tersebut ada pantangan-pantangan yang tidak
boleh mereka lakukan selama tiga hari. Biasanya pantangan tersebut berupa berhubungan dengan
aktifitas-aktifitas sehari-hari, seperti tidak boleh pergi ke hutan, keluar
kampung di waktu malam hari, menancapkan kayu di tempat yang terbakar itu dan
lainnya.
Setelah semua pantangan berakhir maka, si
empunya rumah yang menjadi korban kebakaran boleh untuk menancapkan kembali
tiang rumah dan membangun di tempat semula. Adanya kegiatan ritual tariu
sebagai salah satu kearifan local dan khasanah budaya dayak Semanakng yang
terus dilestarikan sampai sekarang ini.
Meskipun agama Nasrani sudah masuk dan
dipeluk oleh mereka, namun mereka masih tetap menjalankan berbagai ritual. Dan
ritual-ritual tersebut tidak hanya ngongkat tariu saja, melainkan banyak ritual
lainnya yang masih tetap eksis di laksanakan. ******
Tidak ada komentar:
Posting Komentar