Tak banyak
orang sekarang ini dengan situasi yang serba globalisasi sanggup menekuni dan
setia terhadap tradisi yang ada. Namun lain halnya dengan Supriyadi (36), dia
dengan setia menjalani panggilan profesi sebagai seorang Boretn (shamanisme)
bahkan hingga memasuki barumpe
(pelantikan) yang sudah mencapai Mayang 30 (tiga puluh).
PROSESI pelaksanaan ritual Barumpe atau pentabisan
untuk naik ke tingkatan yang lebih tinggi itu berlangsung, Sabtu pagi
(19/2/2011) silam bertempat di rumahnya di dusun Gang Pasir, Desa Semandang
Kiri, Kecamatan Simpang Hulu, Kab. Ketapang. Acara ritual barumpe ini di mulai
satu hari sebelumnya tepatnya, yakni dari hari hari kamis Sore (17/2). Namun
puncak sekaligus penutupan acara tersebut baru dilaksanakan pada hari Sabtu
nya.
Pada saat dilangsungkannya ritual barumpe tersebut, iringan
bunyi Ketawak (gong) dan gendang tak
henti-hentinya selama proses berlangsung di sertai juga dengan rayah (nyanyian berupa syair). Sedangkan
sebagai imam sekaligus guru pelaksanaan barumpe itu sendiri di lakukan oleh
seorang boretn senior yang biasa disebut pak umpe nya. Pak umpe inilah
yang kemudian sebagai pelaksana pokok dalam kegiatan selama dua hari itu.
Barumpe : Ritual pentahbisan sang boretn |
Adapun tata urutan ritual barumpe itu sendiri di mulai
dengan tahap persiapan dimana sang borent yang akan dilantik duduk di sebuah
balai yang terbuat dari bambu. Ia didampingi oleh seorang Pabayu (pengawal/assisten) yang duduk dibelakangnya. Mereka berdua
kemudian ditutupi kain putih. Sang boretn senior melakukan atraksi mengelilingi
taman bersama beberapa boretn lainnya.
Dalam acara sakral yang penuh dengan ritual magis ini,
seorang boretn senior melakukan pencucian dan pembersihan terhadap boretn
tersebut. Mula-mula boretn senior mengambil mayang (bunga pinang yang masih
kuncup) serta membaca mantra-mantra.
Kemudian langsung melakukan Ngarumpe
(menghempaskan) mayang ke kepala boretn junior. Setelah itu baru kemudian hal
yang sama diikuti oleh para Pabayu, dan sejumlah tetua-tetua yang telah
ditunjuk.
Ini sebagai bentuk kepada khlayak umum bahwa seorang boretn
telah naik tingkat dan bisa dipergunakan untuk mengobati orang-orang yang
sakit. Adapun tingkatan boretn pada suku dayak Semanakng (Semandang) pada
umumnya, di ukur dari sejumlah mayang yang akan di gunakan untuk barumpe. Yaitu
di mulai dari mayang 7, kemudian mayang 14, selanjutnya mayang 30, mayang 50,
mayang 70 dan jika sang boretn tadi memiliki semangat dan pengabdian akan
panggilannya bisa saja meraih barumpe mayang 100 buah sekaligus penutup dalam
ritual ini.
Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk mengukur kemampuan dan
menguatkan si boretn itu sendiri agar tetap eksis dalam menjalankan panggilan
hidup untuk mengobati orang-orang yang sakit. Saat ini sedikit sekali
orang-orang yang menjalankan profesi sebagai boretn, selain karena memang tidak
ada sebagai penerusnya, faktor lainnya karena banyak pantangan dan godaan yang
harus dihadapi. Orang-orang yang jadi boretn itu sendiri bukannya karena
semata-mata karena keinginan sendiri
tetapi karena memang ada panggilan dari Duata (sang pencipta).
Adapun jenis-jenis boretn dalam tradisi dayak Semandang umumnya,yakni ada aliran yang dinamakan Terumpak, Komakng Tubak, Badewa, Bayolakng, Bagobakng. Setelah seseorang jadi boretn maka ada syarat atau pantangan salah satunya adalah tidak boleh makan buah Linsum (Buah asam sejenis maram). Selain itu juga harus tahan terhadap godaan-godaan yang bersifat personal seperti menahan segala nafsu terhadap hal-hal dalam kehidupan duniawi. Dan pastinya harus mau membantu sesama tanpa pamrih.
Semakin tahun jumlah boretn dan dukun yang ada di wilayah Semandang dan Simpang Hulu umumnya semakin menurun. Hal ini karena masyarakat sudah apatis terhadap pengobatan tradisional, faktor lainnya juga karena perkembangan jaman dan semakin sedikitnya orang-orang yang mau setia pada panggilannya. Namun disatu sisi dengan semakin tergerusnya tradisi lisan dayak ini akan berdampak bagi sejarah dan peradaban orang Semandang itu sendiri.
Suatu saat kelak mereka akan mendengar cerita saja atau dari
buku-buku bahwa ternyata orang dayak kaya akan tradisi lisan dan ritual-ritual
di masa lalu. Nah, sudah sepatutnya sebagai generasi muda khususnya orang
Semandang, untuk tidak memarjinalkan ataupun apatis. Penghargaan dan dorongan buat para boretn
sudah selayaknya di berikan, sebab karena kesetiaan dan keteguhan mereka
menjalankan panggilan itu justru menjaga marwah dan tradisi dan budaya
masyarakat dayak itu sendiri.
Banyak penyakit yang secara medis tidak bisa disembuhkan,
namun setelah dilakukan pengobatan secara ritual baboretn justru sembuh.
Hendaknya antara boretn dan paramedic juga untuk saling berparter dalam hal
pengobatan, jangan menjelek –jelekkan. Karena memang ada kalanya suatu penyakit
itu bisa saja disembuhkan oleh pengobatan alternative. Tergantung keyakinan
kita masing-masing.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar