Pages

Senin, 28 Januari 2013

Barumpe : Ritual Pelantikan Boretn Dayak Semanakng



Tak banyak orang sekarang ini dengan situasi yang serba globalisasi sanggup menekuni dan setia terhadap tradisi yang ada. Namun lain halnya dengan Supriyadi (36), dia dengan setia menjalani panggilan profesi sebagai seorang Boretn (shamanisme) bahkan hingga memasuki barumpe (pelantikan) yang sudah mencapai Mayang 30 (tiga puluh).

PROSESI pelaksanaan ritual Barumpe atau pentabisan untuk naik ke tingkatan yang lebih tinggi itu berlangsung, Sabtu pagi (19/2/2011) silam bertempat di rumahnya di dusun Gang Pasir, Desa Semandang Kiri, Kecamatan Simpang Hulu, Kab. Ketapang. Acara ritual barumpe ini di mulai satu hari sebelumnya tepatnya, yakni dari hari hari kamis Sore (17/2). Namun puncak sekaligus penutupan acara tersebut baru dilaksanakan pada hari Sabtu nya.

Pada saat dilangsungkannya ritual barumpe tersebut, iringan bunyi Ketawak (gong) dan gendang tak henti-hentinya selama proses berlangsung di sertai juga dengan rayah (nyanyian berupa syair). Sedangkan sebagai imam sekaligus guru pelaksanaan barumpe itu sendiri di lakukan oleh seorang boretn senior yang biasa disebut pak umpe nya. Pak umpe inilah yang kemudian sebagai pelaksana pokok dalam kegiatan selama dua hari itu.
Barumpe : Ritual pentahbisan sang boretn

Adapun tata urutan ritual barumpe itu sendiri di mulai dengan tahap persiapan dimana sang borent yang akan dilantik duduk di sebuah balai yang terbuat dari bambu. Ia didampingi oleh seorang Pabayu (pengawal/assisten) yang duduk dibelakangnya. Mereka berdua kemudian ditutupi kain putih. Sang boretn senior melakukan atraksi mengelilingi taman bersama beberapa boretn lainnya.

Dalam acara sakral yang penuh dengan ritual magis ini, seorang boretn senior melakukan pencucian dan pembersihan terhadap boretn tersebut. Mula-mula boretn senior mengambil mayang (bunga pinang yang masih kuncup)  serta membaca mantra-mantra. Kemudian langsung melakukan Ngarumpe (menghempaskan) mayang ke kepala boretn junior. Setelah itu baru kemudian hal yang sama diikuti oleh para Pabayu, dan sejumlah tetua-tetua yang telah ditunjuk.

Ini sebagai bentuk kepada khlayak umum bahwa seorang boretn telah naik tingkat dan bisa dipergunakan untuk mengobati orang-orang yang sakit. Adapun tingkatan boretn pada suku dayak Semanakng (Semandang)  pada umumnya, di ukur dari sejumlah mayang yang akan di gunakan untuk barumpe. Yaitu di mulai dari mayang 7, kemudian mayang 14, selanjutnya mayang 30, mayang 50, mayang 70 dan jika sang boretn tadi memiliki semangat dan pengabdian akan panggilannya bisa saja meraih barumpe mayang 100 buah sekaligus penutup dalam ritual ini.

Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk mengukur kemampuan dan menguatkan si boretn itu sendiri agar tetap eksis dalam menjalankan panggilan hidup untuk mengobati orang-orang yang sakit. Saat ini sedikit sekali orang-orang yang menjalankan profesi sebagai boretn, selain karena memang tidak ada sebagai penerusnya, faktor lainnya karena banyak pantangan dan godaan yang harus dihadapi. Orang-orang yang jadi boretn itu sendiri bukannya karena semata-mata karena keinginan  sendiri tetapi karena memang ada panggilan dari Duata (sang pencipta).

Adapun jenis-jenis boretn dalam tradisi dayak Semandang umumnya,yakni ada aliran yang dinamakan Terumpak, Komakng Tubak, Badewa, Bayolakng, Bagobakng. Setelah seseorang jadi boretn maka ada syarat atau pantangan salah satunya adalah tidak boleh makan buah Linsum (Buah asam sejenis maram). Selain itu juga harus tahan terhadap godaan-godaan yang bersifat personal seperti menahan segala nafsu terhadap hal-hal dalam kehidupan duniawi. Dan pastinya harus mau membantu sesama tanpa pamrih.

Semakin tahun jumlah boretn dan dukun yang ada di wilayah Semandang dan Simpang Hulu umumnya semakin menurun. Hal ini karena masyarakat sudah apatis terhadap pengobatan tradisional, faktor lainnya juga karena perkembangan jaman dan semakin sedikitnya orang-orang yang mau setia pada panggilannya. Namun disatu sisi dengan semakin tergerusnya tradisi lisan dayak ini akan berdampak bagi sejarah dan peradaban orang Semandang itu sendiri.

Suatu saat kelak mereka akan mendengar cerita saja atau dari buku-buku bahwa ternyata orang dayak kaya akan tradisi lisan dan ritual-ritual di masa lalu. Nah, sudah sepatutnya sebagai generasi muda khususnya orang Semandang, untuk tidak memarjinalkan ataupun apatis.  Penghargaan dan dorongan buat para boretn sudah selayaknya di berikan, sebab karena kesetiaan dan keteguhan mereka menjalankan panggilan itu justru menjaga marwah dan tradisi dan budaya masyarakat dayak itu sendiri.

Banyak penyakit yang secara medis tidak bisa disembuhkan, namun setelah dilakukan pengobatan secara ritual baboretn justru sembuh. Hendaknya antara boretn dan paramedic juga untuk saling berparter dalam hal pengobatan, jangan menjelek –jelekkan. Karena memang ada kalanya suatu penyakit itu bisa saja disembuhkan oleh pengobatan alternative. Tergantung keyakinan kita masing-masing.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar